Postingan

Jadikan Vietnam sebagai Guru

Gambar
Selama dua dekade menjadi penikmat sepak bola Asia Tenggara, saya menilai Vietnam punya skenario tersendiri dalam menapaki kesuksesan. Pada awal dekade 2000-an, Vietnam kesulitan untuk merebut juara dalam turnamen level ASEAN. Dua turnamen terpenting di regional ini adalah Piala Tiger dan SEA Games. Namun, Thailand dan Singapura bergantian menguasai keduanya.  Dapat dikatakan bahwa Vietnam senasib dengan Indonesia. Jika semata melihat permainan di lapangan hijau, mungkin empat tim Asia Tenggara—Thailand, Singapura, Indonesia, dan Vietnam—tidak terlalu menganga beda kekuatannya. Akan tetapi, yang mampu untuk juara kalau bukan Thailand ya Singapura. Dewi Fortuna tidak memihak Vietnam dan Indonesia. Kendati begitu, Vietnam punya alternatif menggapai prestasi. Di berbagai belahan dunia, turnamen terpenting setelah Piala Dunia adalah kejuaraan level benua. Sudah sejak lama disadari bahwa negara-negara Asia Tenggara—yang adalah subkontinen—sulit bersaing di level Asia. Tolok ukur prestasi pu

Terpesona dengan Irak

Gambar
Tiga gol penalti Akram Afif dalam final Piala Asia 2023, Sabtu malam, 10 Februari 2024, mungkin akan terus diingat sebagai bumbu khas sepak bola. Akan tetapi, fakta bahwa hattrick tersebut membuat Qatar menang 3-1 atas Yordania dan merengkuh trofi tidak akan terhapus dalam sejarah. Laga puncak itu sendiri membalikkan prediksi dan harapan pencinta sepak bola netral. Pada babak semifinal, terdapat nama Korea Selatan dan Iran yang lebih punya rekam jejak mentereng di Asia. Namun, sepak bola adalah sepak bola. Apa yang di atas kertas superior belum teruji sebelum dibuktikan di lapangan hijau. Faktanya, Yordania dan Qatar berhasil menaklukkan dua macan Asia itu dengan pertarungan menjanjikan. Saya sendiri sejak awal mengharapkan Piala Asia kali ini akan dijuarai oleh Iran atau Korea Selatan, juga sempat berangan-angan agar Timnas Indonesia buat kejutan. Di sisi lain, banyak pihak menjagokan Jepang mengingat performa apik Samurai Biru di pentas sepak bola dunia.  Meski demikian, menilik seju

Sejarah Adalah Sejarah

Gambar
Apakah laga 16 besar Piala Asia 2023 antara Australia dan Indonesia layaknya pertandingan dua negara yang berselisih 120 peringkat FIFA? Apakah kemenangan 4-0 the Socceroos atas Garuda mencerminkan jalannya laga?  Jika kita menonton dengan cermat gim tersebut dari awal sampai akhir, jawaban dari dua pertanyaan tersebut adalah “tidak”. Timnas Indonesia sudah naik kelas dari sekadar apa yang ditunjukkan oleh papan pemeringkatan FIFA. Jordi Amat dkk tampak betul-betul menerapkan taktik pelatih Shin Tae-yong (STY). Pakem permainan tersebut sepola dengan laga melawan juara dunia Argentina pada pertengahan tahun lalu. Para pemain diinstruksikan untuk menguasai bola. Dan, Marselino Ferdinan cs tidak peduli apakah bola itu berada di wilayah pertahanan sendiri, di tengah lapangan, atau di dekat kotak penalti lawan. Mereka mengawalinya dengan merebut bola dari penguasaan pemain lawan. Jika si kulit bundar sudah dikontrol, mereka akan menggiringnya sebaik mungkin atau mengumpan dengan kawan terde

Berkaca dari Tiga Laga Piala Asia 2023

Gambar
Bagaimana menilai permainan Timnas Indonesia selama Piala Asia 2023? Pertandingan terakhir melawan Jepang yang baru saja selesai, Rabu malam, 24 Januari 2024, bisa membuka cakrawala kita. Di laga ketiga Grup D tersebut, Garuda kalah 1-3 dari Samurai Biru. Timnas pun tertahan di peringkat tiga klasemen dengan tiga poin. Posisi ini masih berpeluang ketiban jatah babak 16 besar sampai tim-tim di Grup E dan F menuntaskan laga mereka besok.  Sejak 2007, pecinta sepak bola nasional hanya bisa mengukur penampilan Timnas senior dari persaingan dengan sesama tim Asia Tenggara. Hasil akhir di Piala AFF  menjadi barometer kesuksesan. Karena lawannya “itu-itu saja”, kita memandang menang melawan Vietnam, Malaysia, Thailand, atau Singapura adalah target utama. Sialnya, satu dari lawan itu selalu menjadi tembok buat Garuda merengkuh trofi. Akan tetapi, keberhasilan Indonesia lolos ke Piala Asia 2023, pertama kali sejak hampir 20 tahun, mengubah kultur itu. Timnas harus mencari lawan-lawan kuat dari

Radja Nainggolan: Bhayangkara FC Menemukan Gajah Mada-nya?

Gambar
Pernah saya mendengar spekulasi yang mengatakan bahwa Mahapatih Kerajaan Majapahit Gajah Mada adalah orang Batak. Bentuk rahang Gajah Mada di potret yang konon adalah wajahnya dinilai mirip dengan ‘ template ’ orang-orang Batak. Karena selentingan ini tidak terbukti secara ilmiah, kita bisa menganggapnya sebagai lelucon belaka. Tak apalah untuk tertawa kala meresponsnya.  Saya teringat kembali dengan spekulasi ini ketika mendengar klub Liga 1, Bhayangkara FC, mendatangkan bekas pemain Inter Milan dan AS Roma, Radja Nainggolan. Apa pula hubungannya dengan Gajah Mada dan Batak? Pertama, Radja Nainggolan jelas adalah orang Batak. Sebelas tahun lalu, saya menuliskan tentang dirinya di blog ini ( Andai si Batak itu Orang Indonesia ).  Tidak menyangka saya bahwa Radja akhirnya berlabuh di negeri leluhurnya ini. Bukan sebagai pemain Timnas Indonesia memang. Radja sudah pernah membela Timnas Belgia sehingga tidak lagi qualified membela timnas senior negara lain—sekalipun pindah kewarganegaraan