El Clasico Kembali ke “Status Quo”


Sudah lama saya tidak menyaksikan laga El Clasico. Konon pertandingan antara Real Madrid dengan Barcelona adalah yang paling banyak disaksikan di televisi. Terlebih, lima tahun belakangan Real Madrid dan Barcelona diperkuat dua pemain yang disebut-sebut terbaik di planet ini.

El Clasico La Liga musim 2013/2014 penting, terutama bagi Barcelona. Di klasemen sementara, klub asuhan Gerardo “Tata” Martino ini tertinggal empat angka dari musuh abadinya itu. Jika kalah maka persaingan gelar menjadi milik “duo Madrid”, Real dan Atletico.

Oleh karena itu penting bagi saya menyaksikan pertandingan ini. Tapi melihat pertandingan dini hari tadi, saya kembali kecewa, sebagaimana yang dulu saya alami. Saya kecewa karena untuk kesekian kalinya pertandingan yang menarik tersebut harus diganggu dengan ketidakadilan dari “sang pengadil” alias wasit. Inilah “status quo” yang membuat Barcelona era Pep Guardiola begitu digdaya di hadapan musuh abadinya itu.

Saya tidak mengerti mengapa begitu entengnya wasit―saya tidak tahu dan tidak mau tahu namanya―memberikan kartu merah kepada Sergio Ramos. Dalam kedudukan 3-2 untuk Real, kartu merah itu sudah jelas akan mengganggu keseimbangan permainan. Ketika melawan Barcelona, yang dimaksud keseimbangan bukanlah dalam penguasaan bola. Siapapun tahu bahwa klub yang mengalahkan El Barca 4 gol tanpa balas pun tidak berarti klub itu memenangkan penguasaan bola. Keseimbangan di sini bermakna penerapan strategi. Artinya, pertandingan menjadi tidak seimbang manakala strategi tim harus berganti karena pemain mereka diusir.

Saya sama sekali tidak melihat sesuatu yang berbahaya yang dilakukan Ramos kepada Neymar di kotak penalti. Menurut buku saku wasit, pelanggaran terhadap pemain paling terakhir lawan memang harus diberikan kartu merah.

Tapi wasit seharusnya melihat tingkat kekasaran atau kemungkinan diving yang dilakukan. Terlihat jelas bahwa Neymar yang kurus itu berlari dalam posisi yang tak stabil. Sedikit colekan akan membuatnya terjatuh, atau sengaja terjatuh. Begitulah, colekan Ramos membuat Neymar tergeletak di kotak penalti dan kartu merah langsung keluar dari kantong sang wasit.

Selebihnya dapat diduga. Real Madrid keropos di lini yang paling vital untuk meredam agresivitas Barcelona. Carlo Ancelotti terpaksa menarik keluar Karim Benzema dan menggantinya dengan Veranne. Tapi, pengalaman El Clasico terdahulu membuktikan bahwa Real Madrid tak bisa menambah keunggulan ketika pemainnya diusir. Tidak Real Madrid, apalagi klub lain. Mukjizat hanya terjadi ketika Chelsea berhadapan dengan klub Catalan itu di Semifinal leg kedua Liga Champion musim 2011/2012. Ketika itu Ramires dan Torres berhasil mencetak gol setelah John Terry diusir dari lapangan.

Usaha maksimal Real pun hanya bisa mempertahankan skor imbang 3-3. Namun hal ini pun pupus karena wasit kembali melakukan blunder. Penalti lagi-lagi diberikan kepada Barcelona setelah Iniesta kelihatan terjatuh dari jepitan Xabi Alonso dan Carbajal. Mengapa blunder? Telihat jelas bahwa Iniesta sengaja menabrakkan kakinya ke Alonso dan menjatuhkan diri. Padahal tidak ada upaya aktif apapun yang dilakukan Alonso untuk menjegal kompatriotnya di Timnas Spanyol itu.  

Tentu saja penalti adalah hal enteng bagi seorang Lionel Andres Messi. Hattrick yang dia ciptakan itu sekaligus mencatatkan namanya sebagai top skorer El Clasico dengan 21 gol. Tapi Messi pasti berucap bahwa makna tiga gol tersebut adalah terjaganya peluang mereka merebut juara La Liga musim ini. Kini selisih poin dengan Real Madrid tinggal satu poin dan memiliki angka yang sama dengan Atletico.

Sudah jelas hasil pertandingan akan membuat Liga Spanyol tersebut semakin menarik. Tiga klub itu saling berebut gelar, tidak hanya di kompetisi domestik, melainkan di Liga Champion. Hasil undian perempat final mempertemukan Barcelona dengan Atletico, sedangkan Real kembali bertemu Borussia Dortmund.

Apakah Barcelona mampu memukul kembali tim dari Madrid ini? Jika pun berhasil semoga tidak ada bantuan dari wasit

sumber gambar di sini

Komentar

Terpopuler

Perempat Final Sensasional di Piala Asia U-23

Hasil Ultra Petita dari Shin Tae-yong

Level Tinggi Garuda Muda