Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

AC Milan Akan Beruntung di Lain Kesempatan

Gambar
sumber gambar: fifa.com Perdelapan final Piala Dunia 2010. Inggris tertinggal 1-2 dari Jerman di babak pertama. Untuk lolos The Three Lions harus mengejar selisih satu gol itu. Lalu datanglah momentumnya. Frank Lampard yang berdiri di luar kotak penalti  menerima bola yang lansung dilesakkannya dengan keras ke arah gawang. Si kulit bundar menyentuh mistar dan memantul dengan keras ke tanah melewati garis gawang. Tapi dengan cekatan Manuel Nauer mengambil bola seolah itu bukan gol. Sang wasit dan hakim garis pun mengiyakan tindakan Nauer. Inggris gagal menyamakan kedudukan dan harus kebobolan dua gol lagi sehingga harus berhenti di babak 16 besar. Di akhir laga Nauer mengatakan bahwa dia sengaja langsung melempar bola tanpa menoleh ke arah wasit dan hakim garis. Itu dilakukan supaya sang pengadil tidak perlu berpikir bahwa bola melewati garis gawang. Manuel Nauer memang cerdik! Saya pikir inilah apa yang disebut humanisme dalam sepak bola itu. Bahwa manusia memang tiada s

PSSI “Dimakan” Ibunya Sendiri

Beberapa tahun lalu, timnas Indonesia sering disebut orang-orang dengan nama “tim PSSI”. Ini tentu agak ganjil karena PSSI hanyalah sebuah induk olahraga sedangkan tim nasional biasanya membawa nama negara. Belum lagi, di dada kiri seragam timnas, tidak terpampang logo PSSI sebagaimana timnas negara-negara lain. Lambang negara Garuda Pancasila-lah yang dipakai.  Menurut kisah yang pernah saya baca, sebutan “tim PSSI” itu bermula dari dualisme induk sepak bola di Indonesia semasa penjajahan Belanda dan beberapa saat sesudah Indonesia merdeka. Ada federasi yang didirikan oleh orang-orang Belanda; dan ada PSSI sendiri yang didirikan oleh Suratin pada tahun 1930.  PSSI dilahirkan oleh tujuh klub sepak bola yang di antaranya sekarang bermetamorfosis menjadi Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Persis Solo, PSIM Yogyakarta, PPSM Magelang. PSSI dibuat sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan orang-orang Belanda. Itu artinya, tatkala pada tahun 1938 Hindia Belanda bermain di

Menafsirkan “Rendah Diri” Mourinho

Gambar
sumber gambar: realmadrid.com Jarang seorang Jose Mourinho pesimistis di media. Di klub-klubnya terdahulu, ia selalu memancarkan optimisme yang menular ke pemainnya di lapangan. Mou memang hebat dalam hal ini karena kita tahu dia tidak punya pengalaman sebagai pemain. Semua klub yang diarsiteki Mourinho mendapatkan gelar bergengsi. Porto, Chelsea, Inter Milan merasakan tangan dingin The Special One sehinggga kenangan tentangnya terpatri terus di kepala pemain, manajemen, dan tentu saja suporter. Kini giliran Real Madrid yang menginginkan hal serupa. Tahun 2010, sesudah diantarnya Inter Milan merebut trofi Liga Champion, Mou langsung bersepakat dengan Florentino Perez yang meminangnya. Perez sudah mendatangkan bintang-bintang mahal yang siap menanti sentuhan emas pelatih asal Portugal itu. Mou dan Real Madrid punya tujuan yang sama: merebut supremasi Spanyol dari Barcelona. Mou sudah melakukannya di Liga Champion dengan mengalahkan skuad Pep Guardiola di semifinal ya

Yang Kurang dari Penjelasan Ilmuwan tentang Lionel Messi

Gambar
sumber gambar: fcbarcelona.com Setiap abad punya pemain besar. Jika ditarik dalam skala yang lebih kecil, tiap dekade juga memiliki primus inter pares -nya.  Apabila saya katakan Zinedine Zidane sebagai pesepak bola terbaik pada dekade 2000-an, saya kira tidak ada yang keberatan. Prestasi terbesar Zizou memang pada tahun 1998 alias dekade 1990-an tatkala membawa Prancis juara dunia. Tapi semua kita yang menyaksikan sepak bola pada tahun 2000-an bisa menilai bahwa pesona Zidane di Juventus, Madrid, atau timnas Prancis mengalahkan semua pemain tenar saat itu.  Lantas, siapa "pemilik" dekade 2010-an ini? Melihat penampilan, prestasi, dan penghargaan, tampaknya semua tangan menunjuk ke arah Lionel Messi. Perantau asal Argentina ini membawa Barcelona juara Liga Champion dan Liga Spanyol. Sebagai penyerang, dia juga haus gol. Semua ini berbuah penghargaan FIFA Ballon d’Or pada Leo dari tahun 2009-2011.  Kebintangannya pun menjadi buah bibir. Ditambah lagi, sosokn

Si Buta Huruf itu Melatih Inggris?

Gambar
sumber gambar: premierleague.com Seandainya hanya gunakan emosi sesaat, seketika saya akan mengatakan Fabio Capello adalah pendukung (baik langsung atau tidak) rasisme. Bagi saya jelas: tidak ada tawar menawar soal rasisme yang sudah dikutuk serendah-rendahnya dari sepak bola, di setiap jengkal tanah permukaan bumi ini. Akan semakin tambah pula perasaan "tidak senang" saya sebagai interisti kepada mantan pelatih AC Milan, AS Roma, dan Juventus itu. (Bagi milanisti, romanisti, dan juventini silahkan tidak membaca kelanjutan tulisan ini, hehe). Tapi hal ini urung saya lakukan. Keputusan Don Fabio mundur dari pelatih Inggris memang sedikit banyak terkait dengan dugaan rasisme yang dituduhkan kepada John Terry. Namun Capello bukan berhenti karena mendukung rasisme kapten Chelsea itu melainkan haknya terlangkahi oleh intervensi federasi sepak bola Inggris, FA. Adalah wajar Capello merasa kecewa. Pelatih manapun pasti tidak senang apabila wewenangnya di tim diintervensi oleh ma

Pesona “Jompo-Jompo” Palembang

Gambar
sumber gambar: sfc-mania.net Dari pengamatan saya sejauh ini, ada tiga klub di liga Indonesia, baik itu ISL maupun IPL, yang memikat permainannya. Tiga klub itu adalah Persipura dan Sriwijaya FC yang bermain di ISL serta Persebaya yang berlaga di IPL.  Ketiga tim itu bermain sangat atraktif dengan mengandalkan umpan-umpan pendek nan cepat. Kelebihan Persipura adalah perpaduan antara pemain senior dan yunior. Kekompakan tim juga sangat terasa karena pemain-pemain klub asal Jayapura itu sudah bemain bersama-sama dalam dua-tiga tahun ini.  Dari sisi pemain, Persebaya hampir sama dengan Persipura. Pemain senior seperti Mat Halil dan Erol Iba menjadi pendamping yang baik untuk pemain muda seperti Andik Vermansyah, Rendi Irawan, dan Feri Ariawan. Namun tim ini punya titik lemah: kurang buas di depan kotak penalti. Permainan cepat yang diperagakan menjadi tidak efektif ketika tinggal berhadapan dengan kiper. Itu bisa kita lihat pada laga Persijap versus Persebaya pada

Andai Chelsea Seorang Wanita

Gambar
sumber gambar: chelseafc.com Chelsea mungkin salah satu klub terunik di dunia. Dalam dunia sepak bola yang identik dengan maskulinitas, ternyata ada sebuah klub yang memakai nama seorang perempuan. Kalau sesepuh Chelsea di London sana ditanya asal-muasal nama itu, pastilah mereka membantah soal gender karena Chelsea adalah sebuah distrik di kota London tempat klub ini berdiri. Lazimlah apabila sebuah klub menyandang nama daerah asalnya. Tottenham, West Ham, Crystal Palace, adalah beberapa distrik di London yang juga punya klub-klub kebangaan yang sudah kita kenal dan saksikan penampilannya.  Sampai saat ini Chelsea sudah menjelma menjadi klub besar di Inggris. Terutama sejak orang kaya Rusia bernama Roman Abramovich mengakuisisi klub yang bermarkas di Stamford Bridge ini. Chelsea pun mendatangkan banyak pemain bintang dan pelatih hebat. Prestasi demi prestasinya pun mewarnai sepak bola Eropa dalam waktu delapan tahun terakhir.  Tapi Roman juga menjadi titik lemah b

(Tidak) Selebrasi Pertanda Cinta

Gambar
sumber gambar: fifa.com Saya tidak pernah melihat kecintaan seorang pemain kepada mantan klubnya melebihi diri Gabriel Omar Batistuta. Lama dia bermain untuk Fiorentina di Serie A dari tahun 199 1 hingga 2000. Selama itu pula banyak gol yang ia sumbangkan untuk La Viola termasuk gelar Coppa Italia .  Tapi ada satu yang tidak diraihnya bersama Fiorentina: scudetto. Ini adalah obsesi tiap pemain termasuk Batigol tentu saja . Tapi untuk meraih gelar akan sangat sulit jika terus bersama tim asal Kota Firenze itu.  Batistuta pun memilih hengkang pada tahun 2000. Ia pergi ke AS Roma, klub yang sebetulnya juga tidak punya tradisi juara. Tapi di klub itu ada pelatih mentereng, Fabio Cappelo, yang pernah membawa AC Milan juara Liga Champion 1994. Pemain-pemainnya juga tak kalah bagus dengan Juventus, Lazio, dan Inter Milan. Satu hal yang dinanti apabila ikon klub pindah ke klub baru adalah ketika kedua tim bertemu. Inilah yang juga te

Andai si Batak itu Orang Indonesia

Gambar
sumber gambar: legaseriea.it Adalah ironi punya saudara sebangsa tapi berbeda negara. Zaman dahulu konsep kebangsaan yang berbatas teritorial belum dikenal. Namun ketika politik makin kompleks, definisi bangsa juga berubah.  Sebuah bangsa untuk ukuran zaman lampau adalah kumpulan manusia yang sama bahasa, warna kulit, bahkan agama. Jadi orang Cina yang tinggal di Jawa tetaplah dipandang bangsa Cina. Orang Yahudi yang tinggal di Prancis—hingga abad ke-19—dianggap sebagai bangsa asing meskipun sudah turun-temurun tinggal di sana.  Tapi definisi itu berubah. Seorang filosof Prancis abad 19 Ernest Renan dalam bukunya yang terkenal Qu'est-ce Q u'une N ation mengajukan teori bahwa motif berbangsa sebenarnya “keinginan untuk hidup bersama”, bukan pertalian darah. Konsep inilah yang diadopsi Bapak Bangsa Indonesia semenjak Sumpah Pemuda 1928 hingga dalam sidang BPUPKI 1945.  Konsep ini mungkin indah, tapi terkadang kurang masuk akal. Ketika melihat ada orang be