Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Hasil Ultra Petita dari Shin Tae-yong

Gambar
Masih terngiang di telinga saya istilah-istilah hukum yang ramai berseliweran menjelang ketuk palu hakim Mahkamah Konstitusi atas sengketa Pilpres 2024. Satu di antaranya adalah ‘ultra petita’. Dalam dunia pengadilan, ultra petita adalah istilah untuk putusan hakim yang melebihi permintaan dari penggugat atau pemohon. Jika pemohon meminta A, misalnya, hakim malah menjatuhkan vonis B. Idealnya, putusan hanya menolak atau mengabulkan. Kendati putusan ultra petita jarang, faktanya pernah ada kasus di mana hakim bertindak demikian. Apa relevansinya dengan sepak bola?  Sejak awal bulan April, kita riuh lagi dengan Tim Nasional. Piala Asia U-23 2024 digelar di Qatar dan Indonesia untuk kali pertama menjadi partisipan.  Jauh sebelum turnamen digelar, sudah mencuat ke publik ihwal target Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Pelatih Shin Tae-yong atau STY dituntut untuk membawa Garuda Muda lolos ke babak perempat final. Target merangkak dari grup telah berhasil ditorehkan oleh STY di

Perempat Final Sensasional di Piala Asia U-23

Gambar
Satu hal yang paling dirisaukan Tony Vidmar sebelum pertengahan pekan lalu menghadapi Timnas Indonesia U-23 adalah komposisi skuad lawan. Pelatih Australia U-23 tersebut mengetahui bahwa tim rival anak asuhannya didominasi oleh para pemain level senior. Tiga bulan lalu, kedua negara juga berhadapan di Piala Asia 2023 level senior. Seperti sudah saya bahas di artikel sebelumnya, kemenangan telak 4-0 Australia atas Indonesia tidak menggambarkan perbedaan mencolok permainan kedua tim di atas lapangan. Kecemasan Vidmar tersebut menjadi kenyataan. Pada pertandingan kedua Grup A Piala Asia U-23, Australia ditekuk Indonesia dengan skor minimalis, 1-0. Komang Teguh menjadi pahlawan kemenangan. Setelah pertandingan, keluarlah statistik. Tampak begitu dominan keunggulan Australia dibandingkan Indonesia. Penguasaan bola lebih dari 60% dan tendangan ke arah gawang plus tepat sasarannya Australia sangat jomplang dengan sang pemenang. Tidak perlu gengsi untuk mengakui keunggulan statistik Australia

Jadikan Vietnam sebagai Guru

Gambar
Selama dua dekade menjadi penikmat sepak bola Asia Tenggara, saya menilai Vietnam punya skenario tersendiri dalam menapaki kesuksesan. Pada awal dekade 2000-an, Vietnam kesulitan untuk merebut juara dalam turnamen level ASEAN. Dua turnamen terpenting di regional ini adalah Piala Tiger dan SEA Games. Namun, Thailand dan Singapura bergantian menguasai keduanya.  Dapat dikatakan bahwa Vietnam senasib dengan Indonesia. Jika semata melihat permainan di lapangan hijau, mungkin empat tim Asia Tenggara—Thailand, Singapura, Indonesia, dan Vietnam—tidak terlalu menganga beda kekuatannya. Akan tetapi, yang mampu untuk juara kalau bukan Thailand ya Singapura. Dewi Fortuna tidak memihak Vietnam dan Indonesia. Kendati begitu, Vietnam punya alternatif menggapai prestasi. Di berbagai belahan dunia, turnamen terpenting setelah Piala Dunia adalah kejuaraan level benua. Sudah sejak lama disadari bahwa negara-negara Asia Tenggara—yang adalah subkontinen—sulit bersaing di level Asia. Tolok ukur prestasi pu

Terpesona dengan Irak

Gambar
Tiga gol penalti Akram Afif dalam final Piala Asia 2023, Sabtu malam, 10 Februari 2024, mungkin akan terus diingat sebagai bumbu khas sepak bola. Akan tetapi, fakta bahwa hattrick tersebut membuat Qatar menang 3-1 atas Yordania dan merengkuh trofi tidak akan terhapus dalam sejarah. Laga puncak itu sendiri membalikkan prediksi dan harapan pencinta sepak bola netral. Pada babak semifinal, terdapat nama Korea Selatan dan Iran yang lebih punya rekam jejak mentereng di Asia. Namun, sepak bola adalah sepak bola. Apa yang di atas kertas superior belum teruji sebelum dibuktikan di lapangan hijau. Faktanya, Yordania dan Qatar berhasil menaklukkan dua macan Asia itu dengan pertarungan menjanjikan. Saya sendiri sejak awal mengharapkan Piala Asia kali ini akan dijuarai oleh Iran atau Korea Selatan, juga sempat berangan-angan agar Timnas Indonesia buat kejutan. Di sisi lain, banyak pihak menjagokan Jepang mengingat performa apik Samurai Biru di pentas sepak bola dunia.  Meski demikian, menilik seju

Sejarah Adalah Sejarah

Gambar
Apakah laga 16 besar Piala Asia 2023 antara Australia dan Indonesia layaknya pertandingan dua negara yang berselisih 120 peringkat FIFA? Apakah kemenangan 4-0 the Socceroos atas Garuda mencerminkan jalannya laga?  Jika kita menonton dengan cermat gim tersebut dari awal sampai akhir, jawaban dari dua pertanyaan tersebut adalah “tidak”. Timnas Indonesia sudah naik kelas dari sekadar apa yang ditunjukkan oleh papan pemeringkatan FIFA. Jordi Amat dkk tampak betul-betul menerapkan taktik pelatih Shin Tae-yong (STY). Pakem permainan tersebut sepola dengan laga melawan juara dunia Argentina pada pertengahan tahun lalu. Para pemain diinstruksikan untuk menguasai bola. Dan, Marselino Ferdinan cs tidak peduli apakah bola itu berada di wilayah pertahanan sendiri, di tengah lapangan, atau di dekat kotak penalti lawan. Mereka mengawalinya dengan merebut bola dari penguasaan pemain lawan. Jika si kulit bundar sudah dikontrol, mereka akan menggiringnya sebaik mungkin atau mengumpan dengan kawan terde

Berkaca dari Tiga Laga Piala Asia 2023

Gambar
Bagaimana menilai permainan Timnas Indonesia selama Piala Asia 2023? Pertandingan terakhir melawan Jepang yang baru saja selesai, Rabu malam, 24 Januari 2024, bisa membuka cakrawala kita. Di laga ketiga Grup D tersebut, Garuda kalah 1-3 dari Samurai Biru. Timnas pun tertahan di peringkat tiga klasemen dengan tiga poin. Posisi ini masih berpeluang ketiban jatah babak 16 besar sampai tim-tim di Grup E dan F menuntaskan laga mereka besok.  Sejak 2007, pecinta sepak bola nasional hanya bisa mengukur penampilan Timnas senior dari persaingan dengan sesama tim Asia Tenggara. Hasil akhir di Piala AFF  menjadi barometer kesuksesan. Karena lawannya “itu-itu saja”, kita memandang menang melawan Vietnam, Malaysia, Thailand, atau Singapura adalah target utama. Sialnya, satu dari lawan itu selalu menjadi tembok buat Garuda merengkuh trofi. Akan tetapi, keberhasilan Indonesia lolos ke Piala Asia 2023, pertama kali sejak hampir 20 tahun, mengubah kultur itu. Timnas harus mencari lawan-lawan kuat dari