Kapan Lagi Kau Datang Asian Games
Sayang, Surabaya akhirnya kalah dari Kota Hanoi,
Vietnam, ketika voting pemilihan tuan rumah digelar Komite Olimpiade Asia (OCA).
Tapi, mungkin sudah takdir negeri ini bila dua tahun kemudian Hanoi mengundurkan
diri karena merasa tak mampu menggelar Asian Games. Indonesia mengajukan diri
lagi dengan menawarkan Jakarta dan Palembang. OCA pun manut saja ketika
Indonesia meminta ajang olahraga multicabang itu dimundurkan setahun karena pada
2019 ada pemilihan umum.
Perjalanan sejarah kemudian menggiring kita ke tanggal
18 bulan 8 tahun 2018 kala Asian Games dibuka dengan upacara megah. Itulah buah
dari jerih perjuangan dan persiapan panjang nan melelahkan. Sebuah seremoni
yang tak disangka-sangka karena sebelum hari-H orang-orang berdebat soal
euforia yang masih hangat-hangat kuku.
Jakarta memang agak lambat untuk menyambut kembali
Asian Games kedua. Infrastruktur dikebut, terutama untuk merenovasi Kompleks Gelora
Bung Karno. Tapi mempercantik diri dengan infrastruktur penunjang baru dilakukan
belakangan. Proyek pedesterian di sekitar Jln. MH Thamrin dan Jln. Jenderal Sudirman pun
lebih beraroma kejar setoran. Memang selesai juga meski sebenarnya tidak sempurna.
Di sisi lain, masyarakat sesungguhnya sangat
menantikan acara itu meski dengan kemampuan terbatas mereka. Kita bisa tengok spanduk-spanduk
dukungan Asian Games 2018 ramai dipampang di pintu masuk kampung, kelurahan, RW,
atau bahkan RT. Dinding-dinding tepi jalan dilukis dengan tiga maskot Asian Games 2018 dan bendera
negara-negara peserta. Selain itu, pemilik toko tepi jalan tak lupa menghiasi
lapak dengan spanduk dukungan meski hanya alakadar.
Kemeriahan penyambutan itu berlangsung di seantero
Jakarta meskipun mereka sadar bahwa kontingen-kontingen asing tidak melewati kampung
mereka. Masyarakat bukannya tidak tahu bahwa orang-orang asing itu hanya berkeliaran
di sekitar GBK, Wisma Atlet Kemayoran, Taman Mini Indonesia Indah atau beberapa
titik gelanggang lain di Jakarta.
Tapi, itulah cara mereka mendukung Asian Games. Selebihnya,
euforia itu digambarkan tentu saja dengan datang ke tempat-tempat pertandingan.
Ada atau tidak ada atlet Indonesia bukan soal.
Tak heran kiranya banyak orang terkejut bahwa di
beberapa gelanggang tiket habis terjual. Wajah-wajah kecewa muncul ketika diberi
tahu oleh sang penjual bahwa tiada lagi tiket tersisa. Padahal, mereka tak soal kalau harga tiket dibanderol mahal. Toh penduduk Jakarta memang punya kemampuan
ekonomi lebih baik dari daerah lain.
Maka menonton televisi atau mempelototi situs internet
adalah pilihan akhir untuk merasakan euforia Asian Games. Rating televisi pun
melonjak naik, sementara situs internet mendadak diserbu rasa penasaran orang-orang
atas kejadian di arena.
Mungkin euforia ada kaitannya dengan prestasi yang
ditorehkan oleh atlet-atlet Indonesia. Bulutangkis melahirkan bintang-bintang
baru, berjuang sangat heroik. Performa pemain-pemain sepak bola menjanjikan,
meskipun akhirnya kalah dengan cara tak wajar di babak perdelapanfinal.
Tapi bukan hanya dua olahraga paling populer itu
saja. Tiba-tiba masyarakat Indonesia mengakrabi pencak silat yang mampu meraih 14
emas. Kita yang selama ini mengenal paralayang dan panjat tebing sekadar kegiatan
ektrakurikuler tersadar bahwa rupanya bisa pula mengibarkan Merah Putih.
Total 31 medali emas berhasil digondol oleh kontingen
Indonesia di Asian Games 2018, nomor empat setelah China, Jepang, dan Korea Selatan.
Rekor medali emas terbanyak selama sejarah negeri ini mengikuti pesta olahraga itu.
Bonus-bonus mengucur ke rekening atlet. Menanti pula tawaran bintang iklan dan publikasi
di media-media.
Indonesia sukses besar! Berhasil menjadi
penyelenggara dan tuan rumah, berhasil pula meraih prestasi. Sarana dan
prasarana yang telah terbangun akan diwariskan untuk pengembangan olahraga pada
masa depan. Selain itu, tentu menjadi monumen hidup atas sebuah peristiwa besar
skala dunia di negeri ini.
Memang akan menjadi monumen karena mulai besok, 3 September
2018, tidak ada lagi Asian Games. Tidak ada lagi wajah-wajah Asia dan sorakan-sorakan
dukungan mereka. Pesta dua minggu usai sudah.
Entah kapan lagi Asian Games datang ke negeri ini…
Komentar
Posting Komentar