Sebuah Cerita Natal di Singapura



Tidak ada ceritanya sebuah tim yang unggul kualitas bisa kalah dari lawan yang sudah diganjar dua kartu merah. Ironisnya, keberuntungan lumrah adanya dalam sepak bola. 

Namun, jika memang Dewi Fortuna itu ada, kita pun bisa menuntut balik. Mengapa Timnas Indonesia di sepanjang sejarah Piala AFF tidak pernah juara? Mengapa dari lima kali masuk final satu pun trofi tidak bisa dibawa pulang? 

Itu artinya, keberuntungan bukanlah sebuah kata untuk Indonesia. Hanya parameter-parameter rasional saja yang bisa membuat kita menang dan merengkuh gelar. 

Pertandingan semifinal leg kedua Piala AFF 2020 di Singapura malam hari ini, 25 Desember 2021, menjadi penegas kali kesekian. Timnas Indonesia bisa menang 4-2 melawan Singapura sebagai konsekuensi dari keunggulan kasat mata kita. 

Hingga menit ke-75, pendukung Timnas mungkin sudah siap-siap meratap lagi. Sebuah gol Shahdan Sulaiman membuat Singapura unggul 2-1. Padahal, Si Singa hanya diperkuat sembilan pemain buntut dua kartu merah masing-masing untuk Safuwan Badarudin dan Irfan Fandi. 

Syukurnya, Pratama Arhan berhasil menyamakan kedudukan 2-2 pada menit ke-87. Celakanya, tidak berselang lama sebuah penalti malah diberikan oleh wasit kepada tuan rumah. Jika gol, kita sudah siap-siap untuk menangis lagi.

Namun, kita memiliki kiper bernama Nadeo Argawinata. Sang penjaga gawang itu cukup oke di level klub. Refleksnya memang bagus, ditunjang fisik tinggi. Pembawaanya juga relatif tenang. 

Dengan modal tersebut, beban sudah pasti hinggap di diri sang penendang penalti. Benar! Pemain Singapura Faris Ramli tidak mampu menjebol gawang dari titik putih. Nadeo menepis bola yang disepak Faris ke pojok kiri gawang. 

Skor 2-2 akhirnya bertahan sampai peluit babak kedua berakhir. Itu artinya, pertandingan akan dilanjutkan ke babak ekstra. Sebab di leg pertama, juga berlangsung di Singapura, kedua tim bermain imbang 1-1. 

Di babak ekstra itu, keberuntungan menjauhi Singapura. Sebuah gol bunuh diri Shawal Anuar di menit ke-91 membuat Indonesia unggul 3-2. Satu gol lagi di pengujung babak pertama waktu tambahan dijaringkan oleh Egy Maulana Vikri. Skor menjadi 4-2 untuk Indonesia. 

Drama berhenti sudah. Singapura tidak bisa lagi mengais-ngais keberuntungan. Hanya saja gempuran pemain-pemain Indonesia yang unggul jumlah itu tidak membuahkan bejibun gol. Kalau ini penjelasannya rasional: kiper Singapura Hassan Sunny bermain gemilang. Tanpa dia mungkin lima gol lagi bisa bersarang.

Walau kekalahan sudah di depan mata, Hassan tetap memperlihatkan naluri kiper sejati. Berhadapan sendirian dengan Irfan Jaya yang siap menceploskan bola di menit ke-118, Hassan menjegal sang lawan sampai terjatuh. Gawangnya memang selamat, tetapi hukum tetap berlaku. Kartu merah untuk Hassan!

Tiga kartu merah dalam laga malam ini mungkin akan dicibir banyak orang, terutama pendukung Singapura. Mungkin mereka bilang wasit berat sebelah. Jangan-jangan wasit sudah dibeli. Jangan-jangan lainnya silahkan ditambah saja.

Akan tetapi, seorang pengamat sepak bola amatiran pun sangsi Singapura mampu menang sekiranya kartu merah tidak ada. Skuad Garuda yang didominasi pemain muda memang lebih moncer kok. Dari segi kualitas individu bisa dilihat sendiri, dari segi penerapan strategi juga.

Singapura kali ini saja yang memang turun kelas. Ini bukan tim era Noh Alam Shah dan Baihaki Kaizan. Masa keemasan itu sudah lewat, sekarang giliran Indonesia. 

Dengan kekuatan seperti ini, Indonesia harus bisa pecah telur di Piala AFF. Entah Thailand atau Vietnam lawan di final nanti, gelar juara tidak lagi bisa ditawar. 

Sekali lagi, jangan berharap keberuntungan di pihak kita. Akan tetapi, kalau dia kali ini mau mampir silahkan saja.


*Sumber gambar di sini

Komentar

Terpopuler

Perempat Final Sensasional di Piala Asia U-23

Hasil Ultra Petita dari Shin Tae-yong

Level Tinggi Garuda Muda