Duh, Tahun ini Inter Tanpa Gelar

sumber gambar:indonesia.inter.it
Sekiranya Inter lolos dari babak perdelapan final Liga Champion tahun ini, belum tentu juara tahun 2010 bisa terulang. Tapi paling tidak, dengan terus bermain di LC, Inter bisa menjaga martabatnya sebagai tim besar Eropa. 

Rentetan hasil buruk di kompetisi domestik, baik itu di Serie A ataupun Coppa Italia, kembali terulang di level Eropa. Tahun ini I Nerazzurri terpaksa menikmatinya tanpa satupun trofi utama. Sebagai interisti sejati, saya mencoba pura-pura lupa tahun berapa terakhir kali La Beneamata tidak mendapatkan juara. Sudah lama sekali yakni pada musim 2003/2004, ketika saat itu Inter masih belum sekuat tahun-tahun terakhir ini.

Sesudahnya, dari 2004/2005 hingga musim lalu, Inter paling tidak bisa merebut juara di kompetisi level dua seperti Coppa Italia. Puncaknya tentu saja musim 2009/2010 tatkala Mourinho mempersembahkan treble winner untuk interisti. Sepeninggal The Special One, Leonardo membawa pulang Coppa Italia sekaligus trofi pertamanya dalam karier kepelatihannya.  

Petaka itu dimulai ketika Leo memutuskan pindah dari San Siro musim ini. Manajemen kelabakan karena tidak mampu menggaet pelatih-pelatih tenar seperti Fabio Cappello, Andre Villas Boas, maupun Marcelo Bielsa. Pilihan pun dijatuhkan kepada pelatih yang kurang dikenal, Gian Piero Gasperini. 

Gasperini betul-betul membuat Inter ke jurang kejatuhannya. Sebagai penggati, Ranieri juga tidak bisa membuat perubahan yang signifikan. Sempat menang beruntun dalam tujuh laga, tapi kemudian tidak bisa menang dalam jumlah pertandingan yang hampir sama. Inter yang pernah menduduki peringkat empat di Serie A sekarang berupaya keras untuk sekedar mengejar posisi lima agar bisa berlaga di Liga Europa. 

Siapakah yang salah dari keterpurukan ini? Pada awal musim Gasperini menjadi kambing hitam karena formasinya yang memainkan tiga bek sejajar. Setelah diganti pun, dengan kembali ke susunan empat pemain belakang, Ranieri juga tidak mampu membuat perubahan seperti yang dibutanya ketika melatih AS Roma musim 2009/2010. Kepergian pemain-pemain penting seperti Samuel Eto’o ke Rusia yang diikuti Thiago Motta ke PSG turut serta mengerus kekuatan Inter tahun ini. 

Ada juga yang menyalahkan pemilik klub Massimo Moratti karena tidak mendatangkan pemain bintang. Padahal Moratti lah yang dulu royal mengeluarkan uang untuk mendatangkan pemain-pemain bintang seperti Ronaldo dan Christian Vieri. Tapi tahun-tahun belakangan Moratti terkesan pelit. Padahal juga Inter meraih uang yang cukup banyak dari penjualan Ibrahimovic musim 2009/2010 lalu. 

Ketimbang mengumpulkan satu-persatu kesalahan itu, lebih baik Inter berbenah. Kembalikan Inter ke jalurnya sebagai tim besar apalagi AC Milan, Juventus, Napoli sudah menunjukkan gelagat untuk menguasai Italia di musim-musim mendatang. Sepak bola Italia yang semakin kompetitif tentu menjadi daya tarik bagi bintan-bintang dunia seperti sebelum skandal Calciopoli tahun 2006. Inter harus memanfaatkan semua itu jika tidak ingin tertinggal. 

Yah, untuk pertama kali sejak 8 tahun Inter tidak merebut satu trofi pun. Ditambah lagi bukan tak mungkin I Nerazzurri juga tidak bermain di Liga Champion musim mendatang. Semoga ini tak berlangsung lama!

Komentar

Terpopuler

Perempat Final Sensasional di Piala Asia U-23

Hasil Ultra Petita dari Shin Tae-yong

Level Tinggi Garuda Muda