Chelsea Aduhai, Timnas Terbuai

Beberapa tahun lalu, mendatangkan klub besar Eropa adalah mimpi. Tapi pada tahun ini, tim besar Eropa yang diimpikan itu datang, tidak hanya satu tapi tiga sekaligus: Arsenal, Liverpool, dan Chelsea. Ketiga klub ini beberapa kali memang singgah ke Asia Tenggara. Tapi mereka enggan berkunjung ke Indonesia, tempat di mana fans mereka berjubel. 

Andai saja rencana kedatangan Manchester United pada tahun 2009 tidak diganggu oleh pengeboman Hotel Ritz Carlton, lengkap sudah “Big Four” Liga Inggris 2000-an mampir ke negeri ini. Tapi meski baru tiga, ini sudah cukup membuat penantian panjang pencinta Liga Inggris terpuaskan.

Bagi pendukung Arsenal, Liverpool, dan Chelsea, waktu selama dua minggu ini sungguh tak terbayangkan. Gelora Bung Karno yang biasanya penuh dengan penonton berkostum timnas, kini suasanya berbeda. Stadion terbesar di Indonesia itu serasa Emirates, Anfield, maupun Stamford Bridge.

Semalam misalnya, GBK dipenuhi 80 ribu penonton. Jumlah sebanyak ini hanya bisa disamai ketika Timnas U-23 bermain pada SEA Games 2011. Itupun ketika peluang menang timnas besar dan yang patut dicatat: tiket lebih murah.

Bisalah kita hitung berapa keuntungan yang didapat panitia penyelengara, hanya dari tiket. Berapa juga rupiah yang mengalir ke kantong klub, pemilik hak siar, sponsor, dan sebagainya. Semua keuntungan material itu merupakan sebuah kewajaran terutama bagi klub yang punya penggemar fanatik di seluruh dunia.  

Tapi, bagaimana keuntungan bagi timnas sendiri? Adakah pertandingan yang telah dilakoni itu menjadi pelajaran?

Selama ini selalu didengungkan bahwa pertandingan melawan tim yang kualitasnya jauh di atas, akan mendongkrak level permainan sendiri. Dikatakan bahwa Indonesia yang kini penghuni peringkat 160-an FIFA akan naik levelnya apabila memiliki lawan tanding, katakanlah, tim-tim yang kualitasnya setara peringkat 20-an FIFA. Sudah tak diragukan bahwa ketiga klub besar Inggris mewakili kualitas tersebut. Oleh karenanya wajar jika kita berharap timnas (meski nama resminya bukan timnas Indonesia) akan naik level permaiannnya.

Tatkala kalah dari Arsenal sebanyak 7 gol tanpa balas, sebagian kita mereka-reka bahwa ini baru awal, apalagi tim baru berlatih bersama dalam beberapa hari. Selang seminggu kemudian, rekaan tersebut tampaknya mendekati kebenaran ketika Liverpool hanya “berhasil” menang dengan skor 2-0.

Pada pertandingan menghadapi Chelsea semalam, timnas yang tampil bukanlah timnas di dua pertandingan sebelumnya. Kali ini timnas “bermerek” BNI Indonesia All Star dilatih oleh Rahmad Darmawan. Sebagai juru taktik Timnas U-23, RD memasukkan anak asuhnya dalam separuh pemain inti.

Dengan perubahan komposisi pemain yang agak drastis, lunturlah kecenderungan semakin membaiknya permainan timnas, usai dua laga sebelumnya. Dan benar, semalam kita saksikan sebanyak 8 gol bersarang ke gawang Kurnia Meiga. Meski lebih banyak dari gol yang disarangkan The Gunners, syukurlah ada sebiji gol yang bisa dimasukkan ke gawang The Blues. Meski itu pun sebuah gol bunuh diri!

Tapi ada sebersit tanya di benak kita: apakah para pemain timnas itu serius dalam bermain? Chelsea yang datang kali ini adalah Chelsea-nya Jose Mourinho. Chelsea yang dipersiapkan oleh Roman Abramovich untuk memenuhi ambisinya, entah apalagi.

Kekaguman pada Mou dan caranya melatih membuat banyak orang terbuai. Beruntunglah Chelsea yang begitu mencintainya, sehingga ia mau ke sana usai pengalaman “pahit” selama tiga tahun di Real Madrid. Tentu sebuah hadiah yang manis bagi fans Chelsea Indonesia melihat ia dalam jangkauan mata setelah sekian lama menyaksikannya di layar kaca.

Barangkali, dengan nama besar dan kharisma seorang Mou, para pemain timnas ikut terbuai. Tidak tampak sama sekali semangat berjuang mati-matian di lapangan. Mungkin bisa dimengerti karena ini cuma “main-mainan”. Tidak ada pemain yang mau cedera, begitupun, niat untuk mencederai. Alhasil, pertandingan pun berlangsung apa adanya. Teknik tinggi dan fisik primalah yang akhirnya menang.

Kita berharap agar pemain timnas membawa pulang pelajaran, bukan sekedar kebanggaan. Kedatangan Arsenal, Chelsea, dan Liverpool mengindikasikan bahwa akan ada lagi tim-tim besar Eropa yang akan datang ke Indonesia. Ini artinya, pertandingan melawan tim-tim besar itu menjadi hal yang biasa sehingga para pemain jangan terbuai karenanya.

sumber gambar di sini

Komentar

  1. Masih terlalu jauh untuk dapat memberi sebuah perlawanan berarti terhadap klub sekelas chelsea, siapun yang main, selama kondisi sepakbola indonesia masih carut-marut saya kira apapun pelajarannya akan menjadi sia-sia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita lihat saja nanti ketika melawan Cina. Kalau kalah telak juga, kita tak tahu haru berkata apa.

      Hapus
  2. Kayaknya sih ini jadi ajang mumpung buat pemain untuk foto2, minta tanda tangan dan kalo beruntung sih dapat jersey pemain luar nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, apalagi pas bulan Puasa begini. Berkas puasa. Hehehehe

      Hapus

Posting Komentar

Terpopuler

Perempat Final Sensasional di Piala Asia U-23

Hasil Ultra Petita dari Shin Tae-yong

Level Tinggi Garuda Muda