Ada Dua Arema, Tapi (Masih) Satu yang Edan



Cukup banyak klub Indonesia yang terinspirasi dengan binatang. Maka dijadikanlah nama-nama binatang sebagai  julukan. Sebagai pencinta sepak bola nasional pastilah kita akrab dengan nama Kabau Sirah atau Kerbau Merah (Semen Padang), Juku Eja alias Ikan Merah (PSM), Bajul Ijo (Persebaya), Maung Bandung (Persib), Ayam Kinantan (PSMS), Macan Putih (Persik), atau Macan Kemayoran (Persija). 


Jika kita perhatikan, nama-nama binatang itu ditambahi warna kostum atau daerah di mana klub itu bermarkas. Tapi Arema adalah satu kekecualian. Entah ingin beda sendiri, orang-orang Malang menambahkan kata sifat pada julukan binatang Arema, Singa. Jadilah nama “Singo Edan” dilekatkan pada klub yang berdiri pada 1987 itu sampai sekarang.

Merujuk prestasinya, Arema memang edan. Tidak hanya ketika berlaga di era Galatama, setelah itu pun prestasinya cukup membanggakan. Dua kali juara Piala Indonesia, sekali merengkuh trofi ISL. Bukan itu saja, suporternya yang dikenal dengan Aremania juga sama edannya. “Tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana” menjadi penegas betapa Aremania setia memberi sokongan untuk klub kesayangan mereka.

Edan atau gila dalam masyarakat awam adalah istilah yang negatif. Tapi dalam sepak bola, apa yang negatif seperti “setan”, “iblis”, justru disukai karena menunjukkan kekuatan sebuah tim. Selama istilah itu dipakai untuk sepak bola mungkin tak jadi soal.

Anehnya, konflik PSSI telah membuat “edan”-nya Arema terbawa pula ke jajaran pengurus klub. Pada awal musim, ada dua pihak yang sama-sama merasa berhak mengendalikan Arema. Tapi akhirnya PSSI memutuskan pihak yang sah adalah kubu Muhammad Nur-Lucky Acub Zaenal. Kubu satunya lantas membentuk Arema secara kilat yang kemudian berlaga di ISL.

Bintang-bintang Arema seperti Noh Alam Shah, Roman Chamelo, Kurnia Meiga, dan Leonard Tupamahu, bergabung di Arema IPL. Pada awalnya, Aremania pun mendukung Arema IPL, meski harus pindah kandang ke Gajayana. Berbeda halnya dengan Arema ISL yang hanya didukung sebagian Aremania meski tetap berkandang di Kanjuruhan. Pemain-pemainnya pun banyak yang baru.

Tapi pengurus Arema IPL kemudian kembali menunjukkan gelagat edan. Tiba-tiba ada dua kubu yang juga merasa berhak mengurus Arema IPL. Kubu pertama adalah M Nur sendiri, sedang kubu satunya konsorsium Ancora yang “dibawa” Lucky Acub Zaenal. PSSI mensahkan kubu Ancora sehingga mayoritas bintang Arema memutuskan hengkang ke klub lain, atau balik ke Arema yang berlaga di ISL.

Dukungan Aremania pun berbalik arah. Mereka memutuskan mendukung Arema ISL yang secara mengejutkan berada di buntut klasemen. Alhasil, laga kandang Arema IPL pun kosong melompong, hampir tanpa penonton. Prestasinya tidak terlalu mengkilap, meski tidak setragis saudaranya di ISL.

Walau tak didukung Aremania, bagaimanapun Arema IPL adalah Arema yang resmi sehingga berhak berlaga di Piala AFC. Di pertandingan perdana, Arema hanya mampu menahan imbang klub asal Myanmar, Ayeyawadi United. Tiga pertandingan berikutnya, anak asuhan Dejan Antonic menanggung malu karena dibantai Kelantan FC di kandang maupun tandang. Di Vietnam, Roman Chmelo dkk pun ditaklukkan Navibank Saigon.

Sudah empat pertandingan hanya satu poin. Secara matematis, Arema masih bisa lolos ke babak kedua, walau agak berat. Sisa dua pertandingan mau tak mau harus dimenangkan. Hanya keajaibanlah yang bisa membuat Arema lolos ke babak kedua.

Tapi bagi Arema keajaiban itu adalah mungkin. Bertandang ke Myanmar, Arema menang dengan skor yang mengejutkan: 3-0. Tiga angka tambahan ini tidak mengubah posisi buntut Arema di klasemen. Navibank dan Ayeyawadi menempati peringkat kedua dan ketiga dengan raihan tujuh angka.

Pertandingan akhir pun jadi penentu. Arema akan berhadapan dengan Navibank di Gajayana, sedangkan Ayayawadi bertandang ke Kelantan. Namun itu pun tetaplah sulit. Singo Edan harus menang dengan selisih tiga gol. Ada lagi syarat tambahan yakni Ayeyawadi harus kalah. Menang tiga gol di tengah penampilan yang tidak terlampau bagus di IPL, ditambah lagi tanpa didukung ribuan Arema, membuat orang tidak percaya Arema bakal menang besar.

Tapi apa yang kemudian terjadi? Hanya satu kata: edan!!!! Tidak hanya selisih tiga gol, tapi empat; tidak hanya menjebol tiga kali, tapi enam gol bersarang ke gawang lawan. Itulah hasil pertandingan Selasa kemarin. Skor 6-2 adalah bukti bahwa Arema pantas mendapat julukan singa yang gila.

Semua orang terperangah. Tak disangka-sangka Arema bisa mengharumkan nama bangsa di tengah sayap patah Garuda. Hanya kita patut kecewa karena tidak bisa menyaksikan langsung pertandingan yang seru tersebut. RCTI, yang seharusnya menyiarkan langsung, memilih program lain untuk ditayangkan.

Tapi syukurlah kita masih akan melihat kiprah Arema di babak 16 besar. Patut juga dihaturkan terima kasih pada Kelantan yang menaklukkan Ayeyawadi 1-0. Berkat “pertolongan” klub Malaysia ini selamatlah muka Indonesia di level antarklub Asia. Dan kita pun masih akan menantikan kegilaan Arema selanjutnya.

Singo Edan uedan tenan, rek!

Komentar

  1. untuk AREMA IPL seidkit banyak penonton bukan jadi ukuran keberhasilan dan prestasi oleh karena itu maju terus AREMA IPL karena andalah yang AREMA EDAN dimaksud dan bisa di andalkan oleh dunia sepak bola Indonesia dengan bukti nyata bisa lolos ke 16 besar. mudah-mudahan bisa membuka mata hati arema dan aremania lain untuk balik ke AREMA IPL.

    BalasHapus

Posting Komentar

Terpopuler

You’ll Never RACIST Alone, Suarez!

Kehebatan Barcelona: Tiki-taka, La Masia, dan Wasit!

Yang Kurang dari Penjelasan Ilmuwan tentang Lionel Messi