Inter Menang, Liga Champion Tetap Melayang (?)
![]() |
inter.it |
Ironis! Inilah kata yang paling pas ditujukan untuk
Inter Milan ketika dini hari tadi berhasil mengalahkan rival sekota, AC Milan. Dalam
sejarah Derby della Madonina,
keberhasilan mengalahkan Rosonerri berpengaruh besar bagi prestasi Inter. Tapi
tahun ini, hanya sedikit, kalau bukan nyaris tidak ada, manfaat dari kemenangan
derby itu.
Sungguh sangat disayangkan jika klub sebesar Inter
tidak bisa berlaga di Liga Champion musim depan. Ini konsekuensi logis dari
penampilan buruk Nerazzurri, sekaligus dampak menurunnya poin koefisien Liga
Italia. Faktor yang pertama jelas paling menentukan karena jangankan bersaing
merebut scudetto, berada di papan atas saja sulitnya bukan main. Faktor kedua
hanya menambah kepedihan karena kini tidak lagi posisi empat, tetapi penghuni
tiga besar saja yang bisa berlaga di kompetisi tertinggi antarklub Eropa.
Melihat bagaimana penampilan Sneijder dkk dini hari
tadi, tidak ada yang berbeda seperti derby Milan terdahulu. Kemenangan melawan
klub sekota berarti tidak hanya tambahan tiga angka, melainkan juga pembuktian
siapa pemilik Kota Mode itu. Apalagi, mengalahkan AC Milan sama dengan memberi
jalan lapang bagi Juventus yang sedang berada di capolista.
Sudah lazim jika dua musuh bebuyutan tak akan senang dengan
kejayaan musuhnya. Interisti tidak rela milanisti bergembira karena melangkahi
jumlah gelar yang dimiliki Inter Milan. Hingga saat ini, kedua klub sama-sama
mengantongi 18 gelar Serie A. Mengalahkan Il Diavolo Rosso akan memastikan
lebih cepat bahwa gelar itu tidak bertambah pada musim ini. Akhirnya,
kemenangan derby 4-2 itu dirayakan dengan sukacita oleh Juventus karena, pada
saat yang sama, mereka berhasil menaklukan tuan rumah Cagliari, 0-2. Juventus
berpesta setelah enam tahun lamanya menunggu gelar tersebut (yang kemudian
dicabut karena kesandung calciopoli).
Juventus scudetto, tapi Inter (tampaknya) gagal
menembus Liga Champion. La Beneamata tidak beranjak dari posisi enam,
tertinggal tiga angka dari Udinese di peringkat tiga, satu angka dari Lazio di
posisi empat, dan poin yang sama dengan Napoli satu strip di atasnya, seperti bisa
dilihat di sini. Inter memang masih akan bermain di laga terakhir berhadapan
dengan Lazio di Olimpico. Sedangkan Udinese dan Napoli masih mungkin gagal
meraih angka di laga terakhir.
Namun, kita bisa melihat sendiri di klasemen, berapa
selisih gol Udinese dan Napoli. Inter harus menang besar, sedangkan Udinese
kalah dan Napoli meraih hasil imbang. Tapi jika ini ini tidak terjadi, Inter
hanya akan meraih posisi lima atau empat.
Hanya mukjizat yang bisa membuat Inter berada di LC
musim depan. Tapi keajaiban melawan Lazio? Oh tidak, semua interisti masih
ingat bagaimana Biancoceleste memberi neraka bagi klub kesayangan mereka pada
musim 2001/2002. Saat itu Inter memuncaki klasemen hinga pekan ke-33 (dulu
Serie A masih 18 klub) dengan unggul satu angka atas Juve dan dua angka dari AS
Roma. Pekan terakhir Nerazzurri bertandang ke Lazio. Dan hasilnya semua masih
tersimpan di memori: Inter kalah dan terlempar ke posisi tiga karena Juventus
dan Roma menang. Gagallah scudetto yang diimpikan selam 13 tahun!
Situasi saat ini memang tidak mirip. Karena toh hanya
merebut posisi tiga besar. Tapi siapa tahu, sejarah akan berulang dan Inter
akan menuai kegagalan di Olimpico. Kemenangan tak diraih, dan bahkan main di
Liga Europa pun tidak.
Apapun hasilnya nanti, Inter tetaplah Inter yang
seperti kata Ranieri, “memiliki DNA juara”. Sayang, The Tinkerman gagal “menyetel”
DNA itu yang justru bisa kembali pulih di masa Andrea Stramaccioni. Melihat
hasil yang diraih musim ini, Strama sudah harusnya dipertahankan supaya musim
depan Inter tidak hanya membantu tim lain juara, tetapi merebut juara itu
sendiri.
Untuk musim ini, biarlah terlebih dulu menjadi yang
terbaik di Milan, musim depan pasti terbaik seantero Italiano!
Komentar
Posting Komentar