Nasib Tragis Inggris

Ketika Wayne Rooney mencetak gol ke gawang Ukraina di babak penyisihan Grup D lalu, harapan rakyat Inggris kembali meninggi. Hal ini wajar mengingat ekspektasi mereka di Euro 2012 ini berada di titik nadir semenjak pengunduran diri Fabio Capello pada Februari lalu. Tapi apa daya, The Three Lions memang tidak mampu mengubah nasib buruknya di turnamen-turnamen besar.

Lebih tragis lagi, Inggris bukan tersingkir di babak final atau semifinal, tapi selalu kandas di perempat final. Capaian tertinggi terakhir Inggris hanyalah semifinal ketika menjadi tuan rumah Piala Eropa 1996. Sesudahnya, Inggris tidak mampu menjadi empat tim terkuat di turnamen besar antarnegara.

Barangkali, keyakinan akan pengalaman masa lalu ini melekat erat di pikiran pemain-pemain Italia di Euro 2012 ini. Andrea Pirlo dkk. tidak takut dengan Inggris yang berstatus juara grup. Mereka seolah-olah sudah yakin akan bertemu Jerman di babak semifinal nanti. Betapapun jeleknya organisasi permainan skuad Gli Azzurri, merekalah pemenangnya. Dan itu terbukti di pertandingan dini hari tadi.

Dalam sejarahnya, Italia bukanlah tim yang selalu dinaungi keberuntungan dalam adu penalti. Euro 2008 Italia takluk dari Spanyol. Padahal dua tahun sebelumnya, trofi Piala Dunia direngkuh melalui adu tendangan penalti.

Namun Inggris lebih buruk nasibnya. Boleh dikata, apabila Inggris terpaksa melewati adu penalti, sudah guratan tangan jika itu adalah pertanda bahwa mereka akan tersingkir. Euro 2004, Piala Dunia 1998, Euro 1996, dan Piala Dunia 1990 sudah mencatatkan hal itu. Sadar akan pengalaman ini, semua orang Inggris pun berdoa dan berharap agar masa-masa itu tidak kembali terulang.

Maka, ketika nasib buruk adu penalti plus kegagalan melangkah dari babak perempat final bertemu, dengan hanya tutup mata, peluang kekalahan Inggris bukan lagi 50-50. Tapi bolehlah kita katakan 99-1. Angka 1 persen itu lebih ditujukan untuk menghormati keyakinan orang Inggris akan Tuhan seperti yang digambarkan dalam lagu kebangsaannya, God Save The Queen. Jikalau rakyat Inggris justru lebih percaya pada kata-kata fisikawan terbesarnya, Isaac Newton, bahwa Tuhan tidak campur tangan dalam menentukan nasib manusia, maka angka 1 itu tidak perlu ada.

Saya tidak tahu, apakah Andrea Pirlo memikirkan hal ini sehingga dia pun dengan enteng melakukan aksi akrobatik ketika mendapat giliran menendang penalti di babak adu penalti dini hari tadi. Seolah dia yakin, bagaimanapun dia bereksperimen dalam penalti yang genting itu, bola toh akan masuk ke gawang jua. Padahal penendang penalti paling berpengalaman sekalipun takkan berani mengambil resiko seperti itu.

Apapun motif Pirlo tersebut, bagi pemain Inggris, kekalahan 2-4 sudah menunjukkan segalanya: nasib, penampilan buruk, keberuntungan lawan, dan mental. Bagi Italia, keyakinan “juara di tengah nestapa” seperti di Piala Dunia 1982 dan 2006, makin menebal. Mereka hanya butuh menaklukkan dua lawan lagi di fase berikutnya. Meski semua tahu betapa manakutkannya Jerman yang akan mereka hadapi di semifinal nanti.

Bagi pemain Inggris, kekalahan ini mungkin tak jadi soal. Jadwal padat Liga Primer, Piala FA, Piala Carling, dan Liga Champion sudah menunggu di depan mata. Kini waktunya memberikan yang terbaik bagi Liverpool, Manchester City, Chelsea, dll. Toh, hanya di level klub saja mereka bisa membanggakan FA yang akan berumur 150 tahun tahun depan.

Sedangkan bagi pemain Italia, mereka tidak tahu apa yang bakal terjadi pada kompetisi Serie A nanti. Apakah akan dibekukan selama tiga tahun seperti kata Perdana Menteri Italia, atau jangan-jangan akan ada lagi korban seperti Juventus, AC Milan, dan Fiorentina yang terjadi di musim 2006/2007 . Ketimbang memikirkan hal ini, maka satu-satunya yang pasti adalah memberikan segalanya buat tim nasional. Menjadi pahlawan bagi negara akan lebih dikenang ketimbang mengoleksi titel-titel juara bersama klub.

Inilah pada akhirnya yang membedakan nasib Inggris dan Italia!

Sumber gambar di sini

Komentar

Terpopuler

Perempat Final Sensasional di Piala Asia U-23

Hasil Ultra Petita dari Shin Tae-yong

Level Tinggi Garuda Muda